Sore itu, cahaya keemasan matahari perlahan menyapu ujung-ujung dedaunan dan rerumputan liar. Langit yang semula biru mulai berbaur dengan semburat jingga, menghadirkan suasana hangat dan tenang yang hanya bisa ditemukan di senja pedesaan.
Di tengah suasana yang begitu damai, seorang anak duduk santai di kursi lipat berwarna gelap. Senyumnya mengembang, tulus dan ceria, seolah tak ada beban yang menghinggapi hari-harinya. Ia mengenakan topi bundar dan pakaian sederhana—tampak begitu menyatu dengan alam yang mengelilinginya.
Di belakangnya, sebuah jalan kecil berpagar kayu membelah padang rumput hijau yang mulai menguning. Terdapat sebuah gazebo sederhana berwarna putih, berdiri tenang sebagai saksi bisu kehidupan yang mengalir perlahan. Semak berbunga merah menyala menjadi aksen indah yang menyeimbangkan harmoni warna alam.
Momen ini bukan hanya tentang panorama indah atau langit yang mempesona. Ini adalah potret kebahagiaan sederhana—tawa yang muncul tanpa alasan rumit, damai yang hadir tanpa suara bising kota. Ini adalah pengingat bahwa kebahagiaan bisa ditemukan di tempat dan waktu yang paling sederhana: di tengah alam, bersama diri sendiri, dan tentu saja, di bawah cahaya hangat senja.